Widget HTML Atas

Banyak Orang Pintar di Sekolah Tapi Tidak Pintar Hidup

orang sukses

Banyak Orang Pintar di Sekolah Tapi Tidak Pintar Hidup.- “Kamu jangan cuma pintar di sekolah, tapi harus pintar juga hidup bersama. Banyak orang pintar hidup padahal tidak pintar di sekolahnya. Banyak orang pintar di sekolah tapi tidak pintar hidup. Bekerja tidak bisa, dagang tidak bisa, tidak bisa dipercaya, jika dilepaskan sendiri sehari-harinya, dia tidak bisa hidup. (Hidupnya menggantungkan orang lain) Jualan mie tidak bisa. Ngojek malu. Akhirnya, pekerjaannya gak jelas, bisanya ngacak-ngacak dan palsu-palsu” 

Paragraf di atas adalah sebuah potongan nasihat dari Cak Nun (Emha Ainun Nadjib dalam buku Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Bisa Ngerem). Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengantarkan anak didik menjadi orang yang pintar di sekolah dan juga pintar hidup? 

Untuk mengiyakan nasihat di atas, saya mencoba mengingat dan mengabsen teman-teman saya ketika masa di sekolah dulu. Dari beberapa teman saya, ternyata memang ada seperti yang disampaikan Cak Nun. Ada teman yang dulu pintar di sekolah tapi hidupnya biasa-biasa saja. Ada yang tidak pintar, waktu sekolah biasa-biasa saja, tapi hidupnya luar biasa. Ada juga yang ketika di sekolah biasa-biasa saja, hidupnya juga biasa-biasa saja. Yang luar biasa, pintar di sekolah dan juga pintar hidupnya. 

Kembali kepada pertanyaan di atas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya membuat batasan tentang maksud pintar di sekolah dan pintar hidup. Secara gamblang, pintar di sekolah adalah anak yang menonjol di sekolah karena mampu menyelesaikan soal-soal mata pelajaran, ia hafal rumus-rumus pelajaran, sehingga di akhir belajar ia mendapat nilai akademik yang memuaskan. Sedangkan pintar hidup adalah anak yang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan persoalan hidup, ia praktikkan rumus-rumus kehidupan, sehingga ia tetap bisa bertahan hidup, dan survive dalam kehidupannya. Lebih sederhana lagi, pintar hidup sama dengan sukses dalam kehidupanya. 

Kesuksesan orang 80 persen  ditentukan oleh kecerdasan emosional

Berdasarkan teori kesuksesan, Daniel Goleman, ahli psikologi menyatakan bahwa kesuksesan seseorang itu, 20 persen ditentukan oleh kecerdasan intelektual atau Intellegence Quotient (IQ) dan 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan Intelektual seringkali dihubungkan dengan prestasi akademik, IQ yang tinggi, nilai raport dan IPK. Sedangkan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali dan mengendalikan perasaan-perasaan atau emosi baik untuk diri sendiri atau ketika berinteraksi dengan orang lain. 

Seiring dengan perkembangan teori kecerdasan, muncul teori kecerdasan berikutnya yaitu kecerdasan spiritual atau spiritual quotient. Bahwa yang paling banyak menentukan kesuksesan seseorang adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual. Jika dipersentase, antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional masuk dalam 80 persen yang menentukan kesuksesan seseorang. 

Sehingga menurut saya, sekolah-sekolah dengan seperangkat kurikulumnya, sudah ada upaya untuk mengantarkan anak didiknya untuk memiliki kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Kompetensi inti kurikulum 2013), hanya saja, terkadang masih ada sekolah yang hanya berfokus pada kemampuan pengetahuan saja. Akademik semata. Hal-hal yang bersifat kecerdasan emosional kurang mendapat penekanan dan perhatian yang maksimal. Misalnya, sekolah lebih memperhatikan olimpiade matematika daripada mengajari anak salat tepat waktu, antre makan, menata sepatu pada tempatnya, menyambut tamu yag baik, mampu bekerja tim, empati, dan lain-lain. Itu.

Itu opini saya, bagaimana menurut teman-teman pembaca? silakan ditambahkan dalam kolom komentar. 

28 comments for "Banyak Orang Pintar di Sekolah Tapi Tidak Pintar Hidup"

  1. Ilmu untuk hidup dan ilmu di sekolah memang perlu seimbang. Sebab ada titik dimana kita juga mesti mendaoat predikat lulus dari ilmu sekolah itu, yang mana tentu saja bagian dari kehidupan.

    Kurikulum di Indonesia memang kurang aplikatif. Kerap disebut hanya menciptakan menara gading semata.

    ReplyDelete
  2. Berarti intinya, kita sebagai orang tua juga wajib berperan untuk mendidik karakter anak agar cerdas secara emosional, bukan cerdas akademik aja. Jadi jangan terlalu ngandelin sekolah. Nanti yang ada gak balance, secara akademik cerdas, tapi gak tau gimana caranya menghargai orang lain, jadi orang disiplin,

    ReplyDelete
  3. Jadi teringat temen SMA yang sering ranking kelas dan sering menyabet juara tapi ketika hidup bermasyarakat sama seperti ungkapan tulisan di atas hehe kurang pintar. Btw cak nun emng top yaaa jleb bgt quote nya

    ReplyDelete
  4. yg kaya gini sih yg ajarin orang tua ya. orang2 yg ada di rumah... jd inget dulu kecil kalau pulang sekolah taruh sepatu harus yang bener ga bole dilempar gitu aja wkwk/

    ReplyDelete
  5. Pas banget ini mas. Zaman now banyak yang begini. Sepupu saya ada dulunya males sekolah, sekarang ini malah jadi peternak dan juga petani sawit yang berhasil.

    ReplyDelete
  6. Emang sudah seharusnya pendidikan yang merangsang kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual juga menjadi fokus di sekolah-sekolah. Namun, sayangnya masih banyak yang fokus hanya kepada akademik saja.

    ReplyDelete
  7. Agar terampil dalam hidup memang tidak bisa mengandalkan angka-angka yang didapat di sekolah. Pasalnya kehidupan tidak melulu soal hitungan matematis atau teori sekolahan. Siswa mungkin pintar di sekolah tapi belum tentu cerdas dalam kehidupan

    ReplyDelete
  8. Dalam beberapa hal nilai akademik memang tidak menentukan berhasil atau enggaknya seseorang dalam kehidupannya kelak.

    Terlepas itu dari tanggung jawab ataupun yang dinamakan takdir tapi setidaknya tugas seorang murid memang mengusahakan agar nilai-nilainya menjadi baik.

    Tapi alangkah baiknya bila di masa sekolahnya seseorang mendapatkan nilai yang baik serta di masa depannya Dia memiliki karir yang cemerlang serta usaha yang lancar

    ReplyDelete
  9. Benar memang, belum tentu anak yang pintar disekolah pintar juga dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Maka dari itu sebagai orang tua kita harus bisa juga membekali anak dengan kecerdasaan emosional. Sebab kecerdasaan emosiaonal ini sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah kehidupan

    ReplyDelete
  10. memang untuk keterampilan menghadapi masalah sosial di luar akademik ini memang kudu ada penekanan kurikulum tersendiri ya, belum tentu pintar sekolah tapi pintar untuk survive menjalani hidup

    ReplyDelete
  11. Pintar akademik memang perlu, tapi jauh lebih penting pintar dan cakap dalam hidup. Bagaimana menempatkan diri sebagai pribadi yang tak menjadi benalu bagi orang lain, bahkan sebisa mungkin bisa memberi manfaat

    ReplyDelete
  12. Menurut saya, terkadang kurikulum pendidikan nasional memang perlu dibenahi karena tidak nyambung antara sekolah dan kehidupan. Anak Indonesia dituntut harus pintar di semua pelajaran, sedangkan mereka diajari oleh guru yg punya spesifikasi di bidang2 pelajaran tertentu. Itu tdk fair (sedikit mengutip perkataan daddy corbuzier). Setau saya, di negara maju, anak2 setingkat sd lebih diajarkan cara "hidup". Mereka praktik langsung di fasilitas publik bagaimana cara mengantri, bagaimana cara menyebrang jalan, membuang sampah, bagaimana jika menjumpai nenek/kakek yg ingin menyebrang jalan, dll. Opini pribadi saja

    ReplyDelete
  13. Memang ada sih sekolah yang akademik saja yang menjadi prioritas. Tentu masing-masing menganggap penting yang jadi pilihannya.

    Sekolah hanya bagian kecil dari kehidupan saja. Semoga makin banyak yang menyadari pentingnya nilai karakter dari sekolah.

    ReplyDelete
  14. Kecerdasaan emosional juga perlu diasah ya agar tidak hanya pintar dalam dunia akademis saja.Wah peran orangtua penting

    ReplyDelete
  15. Betul bangeet. Seperti yang kubaca tentang kecerdasan emosional karangan Daniel Goleman. EQ lebih penting daripada IQ dan lainnya. Apa gunanya pinter tapi gapunya empati? Atau lebih parahnya lagi psikopat? Naudzubillah deh

    ReplyDelete
  16. Benar sekali dan saya setuju. Ketika sudah pintar di sekolah kadang ada yang jadi gengsi kalau tidak bekerja di perusahaan TOP. Sehingga mendingan menganggur.

    ReplyDelete
  17. ini fakta, pendidikan tinggi belum tentu sukses dikehidupan dan di karirnya, harus imbang sih, hardskill dan soft skill, juga mental yang baik juga,,

    ReplyDelete
  18. Kecerdasn emosonal memang berperan banyak untuk sukses seseorang. Banyak orang yng cerdas namun kadang tidak dapat pandai menyikapi hidup jadi tersungkur karena cerdasnya.

    ReplyDelete
  19. Jadi inget pesan almarhum ayah saya kak. jangan jadi orang pinter, tapi jadilah orang yang ngerti. karena orang pinter kebanyakan keblinger, sombong dll. sementara orang ngerti lebih bijak dan rendah hati. lebih memaknai soal kehidupan. eh bener gak?

    ReplyDelete
  20. betul nih. banyak yang pintar akademis tapi tidak pintar menjalani hidup. akhirnya hidupnya jadi keteteran. harus banyak. hidup harus seimbang.

    ReplyDelete
  21. Semua seharusnya seimbang sehingga bisa dilepas dan bertahan hidup didunia yang keras ini.

    ReplyDelete
  22. Iya semua saling mengisi ya sebenarnya.Masing-masing bisa saling membantu karena kecerdasaan emosional juga penting.

    ReplyDelete
  23. Bener. Ada yang pintar, tapi temennya dikit. Ada yang gak pintar tapi temannya banyak, yang kayak gini biasanya lebih banyak yang bertahan hidup pas nyoba idup mandiri

    ReplyDelete
  24. Baca artikel ini saya jadi inget teman-teman saya zaman SD. Di mana yang tadinya kurang gaul, malah sekarang dia banyak rekan kerjanya. Sepertinya kehidupan kadang mengubah cara berpikir dan tindakan seseorang ya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang positif. Mohon tidak meletakkan link hidup. Salam blogger!