Widget HTML Atas

Melestarikan Budaya 5 S di Era Digital

BUDAYA 5 S
Melestarikan Budaya 5 S di Era Digital. Di tulisan yang lalu saya menulis tentang budaya 5 R yang dapat meningkatkan produktifitas. Kali ini saya ingin menulis tentang budaya positif yang sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah terbaik. Budaya yang juga penting diterapkan setiap orang dimana saja dan kapan saja ditengah derasnya pengaruh digitalisasi. Budaya positif tersebut adalah budaya 5 S.

Budaya 5 S semakin hari semakin tergerus, hilang, salah satu penyebabnya adalah pengaruh era digital. Kita lebih asyik bermain gadget ketimbang memperhatikan orang yang ada di sekeliling kita. Kita lebih asyik senyum-senyum sendiri dengan gadget kita daripada memberikan senyum kepada orang lain. 

Budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) 

Lalu, Apa itu Budaya 5 S?

Budaya 5 S merupakan singkatan dari Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun. Sebuah sikap positif yang bisa diterapkan oleh siapa saja. Lebih-lebih kepada orang-orang yang menjunjung adat ketimuran.

Budaya Senyum

Senyum atau senyuman merupakan salah satu cara menyenangkan orang lain. Orang yang mudah tersenyum lebih disukai banyak orang ketimbang orang yang sering cemberut atau bermuka masam. Orang yang mudah senyum, wajahnya lebih menarik daripada yang tidak bisa senyum. Begitu pentingnya senyum, hingga ada training khusus yang mempelajari senyum. Training tersebut berbayar mahal. Padahal sebenarnya Senyum itu mudah dan ringan. Senyum yuk !

Budaya Salam

Salam merupakan cara bagi seseorang untuk mengkomunikasikan akan kehadiran orang lain secara sengaja, untuk menunjukkan perhatian, atau untuk menegaskan jenis hubungan antar individu dengan kelompok orang yang berhubungan satu sama lain. Salam ini sesuai adat yang diberlakukan di daerah masing-masing. Misalnya berupa ucapan “Assalamu alaikum wr wb, Selamat pagi, selamat siang, Hai !, Halo !”, dan lain-lain.

Budaya Sapa (Menyapa)

Sapa atau menyapa merupakan komunikasi untuk menunjukkan penghargaan atau perhatian kepada orang lain. Dengan saling menyapa dapat mempererat hubungan pertemanan dan tali persaudaraan. Bentuk sapaan atau menyapa juga menyesuaikan adat yang berlaku. Misalnya menyapa dengan memanggil nama kesukaanya, menanyakan kabar, menanyakan sesuatu yang sedang dikerjakan, dan lain-lain.

Budaya Sopan dan Santun

Sopan dan santun merupakan tatanan hidup bagi tingkah laku manusia yang muncul dari hasil pergaulan sekelompok orang yang berisi perintah, larangan, dan sanksi tertentu. Tingkah laku ini berhubungan dengan cara menghormati, menghargai orang lain, adat istiadat atau kultur yang ada di masyarakat. Misalnya menghormati orang yang lebih tua, menerima sesuatu dengan tangan kanan, tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur, tidak menyela pembicaraan orang lain, berpakaian yang sesuai adat, dan lain-lain.

BUDAYA SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN DAN SANTUN

Panduan Menerapkan Budaya 5 S

Lalu, Bagaimana menerapkan 5 S ?

Setelah kita memahami budaya 5 S kita menjadi tahu betapa penting 5 S diterapkan dan diajarkan sejak dini dalam kehidupan kita. Menerapkan budaya 5 S ini juga merupakan cara menjaga nilai-nilai adat ketimuran, nilai-nilai bangsa Indonesia.

Langkah pertama menerapkan 5 S adalah memulai dari diri sendiri. Kemudian menjadi teladan bagi orang-orang di sekeliling. Termasuk anak-anak kita. Memberikan teladan dalam sikap dan juga memberikan pemahaman, memberikan pengertian dari sikap yang kita lakukan.

Kedua, mengkampanyekan budaya 5 S. Membangun budaya dengan cara tersistem, menjadi peraturan. Awalnya mungkin harus “dipaksa” selanjutnya menjadi terbiasa. Selain itu, di lingkungan kerja, membiasakan diri menerapkan 5 S dan membuat spanduk afirmasi budaya 5 S di tempat umum, yang mudah dibaca.

Ketiga, Internalisasi Budaya 5 S. Tahap berikutnya dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang penting 5 S. Dengan pemahaman yang baik akan tumbuh kesadaran untuk melakukan 5 S tersebut. Proses internalisasi ini bisa dilakukan dengan cara menjadikan tema-tema 5 S sebagai materi pembelajaran, ceramah, kultum, breafing pagi, pembina upacara, dan lain sebagainya.

Keempat, konsisten aksi nyata. Memberikan teladan atau contoh langsung lebih ampuh dari pada sekadar kata-kata. Apalagi hal tersebut dicontohkan oleh banyak orang dewasa, orang tua atau semua guru di sekolah, maka anak akan mudah menirunya. Siswa tidak mengalami kegamangan dalam mengikuti karena siswa mendapatkan contoh yang sama pada orang tua dan juga gurunya.

Kesimpulan

Budaya 5 S adalah budaya positif yang sesuai dengan adat ketimuran dan juga sesuai dengan norma agama, sehingga budaya 5 S harus dijaga dan dilestarikan. Apalagi ditengah derasnya pengaruh digitalisasi, rasa kemanusiaan, menghargai dan menghormati orang lain sudah mulai berkurang. Orang lebih asyik menatap layar gadget tanpa henti daripada menjawab salam, memberikan senyuman, menyapa, memberikan perhatian dan juga menghormati. Yuk, budayakan 5 S sekarang juga!

12 comments for "Melestarikan Budaya 5 S di Era Digital"

  1. Penting memang ya mengajarkan 5 S tersebut. Jangan lupa ajarkan juga untuk ringan mengucapkan 'Terima Kasih' dan 'Tolong' bila meminta sesuatu...

    ReplyDelete
  2. Iya lho, saya pun merasakan budaya 5 S ini mulai tergerus di lingkungan saya. Dari parkiran kantor, jalan menuju ruangan eh ketemu beberapa teman, maunya melempar senyum tapi yang mau disenyumi jalan menunduk menatap ke hp nya. Mencoba menyapa, si teman jadi geragapan, atau kadang malah nggak mendengar

    ReplyDelete
  3. budaya 5 S bener bener melekat di image masyarakat Indonesia.
    Nggak heran kalau banyak orang asing yang beranggapan warga Indo ramah-ramah, murah senyum dan itu yang bikin warga asing betah tinggal di Indo

    ReplyDelete
  4. Budaya 5 S ini nampaknya harus digaungkan lagi untuk anak-anak zaman skearang yang cenderung makin cuek. Dimulai dari mengajari anak di rumah dan anak didik dulu.

    ReplyDelete
  5. Iya sih ya. Budaya 5 S sudah mulai jarang orang yang menerapkan. Terlebih di lingkungan perkotaan. Kalau di desa, mungkin masih agak banyak ditemukan ya.

    ReplyDelete
  6. Iya benar, memang makin langka nih. Tergerus zaman atau terlupakan karena merasa lebih banyak yang penting. Internalisasi di tingkat keluarga juga tidak mudah. Tapi harus dilakukan. Baca ini jadi semangat lagi.

    ReplyDelete
  7. Setuju kak, sekarang 5S ini agak susah dilakukan. Saya pribadi kalau ketemu teman kadang mau nyapa juga maju mundur karena mereka kadang enggak nyaman kalau pas asyik sama ponsel atau ngapain gitu tetiba saya nongol.

    ReplyDelete
  8. Budaya 5 S memang menjadi pembelajaran kebiasaan sebagai bagsa Indonesia. Penting

    ReplyDelete
  9. Iyaya era digital seperti sekarang ini bisa membuat orang lupa akan budaya 5s. Terlalu lama waktu dihabiskan bersama gadget, membuat yang dekat pun jadi terasa jauh, yang jauh mungkin bisa terasa dekat karena bisa berkomunikasi via online, tapi nilai 5s nya juga enggak terlalu diperhatikan. Orang-orang jadi cenderung apatis

    ReplyDelete
  10. Terkadang kita lupa dan asyik akan dunia sendiri padahal di sekeliling masih banyak orang yg harus kita sapa dan tebarkan senyum. Jadi kangen kembali ke masa lalu ya

    ReplyDelete
  11. Sekarang orang² lebih individualis memang, saling sapa dan senyum juga jarang yg melakukan

    ReplyDelete
  12. Saat ini orang² memang lebih individualis, apalagi kalo udah pegang gadget. Paling kalo di desa yg masih banyak menerapkan 5S

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang positif. Mohon tidak meletakkan link hidup. Salam blogger!