Widget HTML Atas

Pendidikan Karakter Bukan Sekadar Teori

pendidikan karakter

Pendidikan Karakter Bukan Sekadar Teori. Dunia pendidikan seringkali ‘dikejutkan’ oleh tindakan anak didik atau tenaga pendidik yang tercela. Kasus-kasus kriminal, asusila, amoral yang melibatkan peserta didik dan tenaga pendidik masih banyak. Kasus video porno yang diperankan oleh pelajar banyak tersebar di internet atau media sosial. Ini sangat miris.

Persoalan Karakter Bangsa

Persoalan di atas merupakan persoalan karakter. Berbicara tentang karakter berarti berbicara tentang kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dibangun akan membentuk sebuah karakter. Seorang Filosof Aristoles berpendapat bahwa “We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but a habit.” Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan bukanlah perbuatan sekali jadi, melainkan suatu kebiasaan.

Kita menjadi baik atau tidak baik itu berawal dari kebiasaan. Pendapat lain mengatakan “Pertama, kitalah yang menciptakan kebiasaan, kemudian kebiasaan itu akan membentuk kita.” Sebuah tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan (habit). Kebiasaan-kebiasaan inilah yang akhirnya membentuk watak dan karakter kita.

baca juga : Tips Mendampingi Anak Belajar di rumah

Sebuah pendapat lain juga mengatakan “Nasib seseorang sesuai dengan apa yang dipikirkan”. Dari apa yang dipikirkan seseorang akan berubah menjadi kata atau perkataan, perkataan melahirkan tindakan, tindakan atau perbuatan akan tercipta sebuah kebiasaan, dari kebiasaan akan membentuk karakter, dari karakter inilah seseorang menuai nasibnya.

Seorang anak yang terbiasa menyaksikan sepakbola, senantiasa bermain sepak bola, kemana-kemana senantiasa berpikir dan bertindak layaknya pemain sepak bola, maka orang tersebut akan unggul dalam bermain sepak bola. Dan ia tumbuh menjadi pemain sepak bola. Begitu pula sebaliknya, jika seorang anak sering menyaksikan prilaku tidak jujur yang dilakukan oleh teman, saudara, orang tua, atau guru, suatu saat ia akan menirunya. Kesempatan meniru akan berulang jika ia mendapatkan kesempatan yang lain lagi. Ia kan mengulang lagi perbuatan tidak jujur tersebut hingga ia mulai terbiasa. Ia mulai terbiasa berkata dan bertindak tidak jujur. Disadari atau tidak karakter tersebut sudah melekat pada diri anak tersebut. Ia sudah menjadi seorang pembohong.

Makna Pendidikan Karakter

Moralitas dan karakter bangsa ini memang seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Tidak hanya tugas pendidik, tokoh agama, melainkan semua masyarakat. Dengan pendidikan seharusnya mampu membentengi dan menjaga nilai-nilai karakter.

Lembaga pendidikan seharusnya menjadi tempat untuk menanamkan karakter pada anak didik. Pendidik seharusnya memberi teladan dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga nilai-nilai karakter dapat tertanam baik dalam perkataan dan perbuatan anak didik.

Terkait persoalan karakter ini, pemerintah sebenarnya sudah memberikan perhatian yang serius, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dari undang-undang di atas, sangat jelas bahwa tujuan pendidikan nasional tersebut mengarah pada pendidikan karakter. Pendidikan karakter diharapkan agar diterapkan oleh semua satuan pendidikan secara terintegrasi dalam pembelajaran di kelas dan kultur sekolah. Terkait pendidikan karakter ini pula Kemendiknas juga memberikan langkah dan strategi mikro di sekolah bahwa untuk menerapkan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap pelajaran di sekolah, pembiasaan keseharian di sekolah yang membentuk buadaya sekolah, integrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan terakhir pembiasaan keseharian di rumah sama dengan di sekolah.

Pertanyaanya kemudian, apakah sesungguhnya makna dari pendidikan karakter itu sendiri?

Menurut kebijakan Kemendiknas mengenai pendidikan karakter dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah “Pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampaun peserta didik u ntuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.”

Pendidikan karakter bukan sekedar teori tetapi diteladankan

Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik) dengan kata lain, pendidikan karakter harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik (moral feeling), dan prilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.

Definisi yang lain dikemukakan oleh Fakry Gaffar sebagaimana dikutip Amirullah Syarbini (2013), pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang, sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

Dari dua uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa pendidikan karakter bukanlah jenis mata pelajaran tapi merupakan proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik agar mereka memiliki karakter yang baik (good character) sesuai dengan nilai-nilai yang dirujuk, baik dari agama, budaya, maupun falsafah bangsa.

Proses internalisasi inilah yang kadang masih meleset dalam sistem pendidikan kita. Kita terlanjur memiliki stigma yang kurang baik terkait persoalan karakter, watak, tabiat dan akhlak siswa. Tanggung jawab akhlak dan moral siswa adalah tanggung jawab guru agama saja bukan urusan dan tanggung jawab guru IPA, matematika, atau guru lainnya.

Sehingga guru yang lain boleh dan sah-sah saja jika terbukti melakukan pelanggaran moral. Sekali lagi, pendidikan karakter bukanlah jenis mata pelajaran akhlaq, bukan mata pelajaran pendidikan moral melainkan proses internalisasi nilai-nilai positif kepada anak didik. Melalui apa? Melalui keteladanan. Guru menjadi “role model” dan teladan bagi anak didiknya. Semua terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Semua pendidik adalah teladan.

6 comments for "Pendidikan Karakter Bukan Sekadar Teori"

  1. Memang seharusnya semua komponen bertanggung jawab dalam pendidikan karakter siswa ya mas. Apalagi zaman skrng informasi masuk tanpa filter lagi bahkan

    ReplyDelete
  2. Tulisan ini langsung menampar saya. Langsung membuat berpikir, keteladanan apa yang sudah saya lakukan buat anak-anak? Kesiapan mental sebagai seorang pendidik, baik itu orang tua dan guru, juga menjadi modal awal bila sikap keteladanan ini ingin terbentuk.

    ReplyDelete
  3. Pertama kali denger soal pendidikan karakter dulu waktu kuliah. Kebetulan aku ambil pendidikan biologi. Masalah karakter selalu jadi bahasan pertama ketika kita mau bikin rancangan pembelajaran. Tapi pas praktik susahnya MasyaAllah. Bikin ambyar 😅😅

    ReplyDelete
  4. Setuju kak. Apa yang kita kerjakan berulang-ulang jadinya adalah fokus kita. Like attracts like. Kita menjadi apa yang kita fokus.

    Setuju banget dengan penerapan pendidikan karakter dengan metode walk the talk atau lead by an example ini, karena prosesnya juga lebih sulit. Lebih sulit melakukan ketimbang hanya cuap cuap bilang agar siswa bermoral.

    ReplyDelete
  5. Kuncinya emang bukan sekadar teori, tapi diteladankan. Mudah diucap tapi pastinya cukup sulit diterapkan karena seluruh komponen pendidikan harus melakukan perubahan. Padahal kalau pendidikan karakter ini berhasil, pendidikan di Indonesia pasti lebih baik.

    ReplyDelete
  6. Memberi contoh lebih baik dari sekadar teori ya kak. Bagus nih kl pendidikan karakter terus dilakukan dan semoga saja berhasil menerapkannya dan pendidikan kedepannya jadi lebih baik

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang positif. Mohon tidak meletakkan link hidup. Salam blogger!