Widget HTML Atas

Pentingnya Sikap Optimis Pada Saat Pandemi Covid

sikap optimis

Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis akan melihat malapetaka dalam setiap kesempatan 
(Anonym)

Apa itu Sikap Optimis?

Optimis adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan. 

Sedangkan pesimis adalah lawan dari optimis, orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya); orang yang mudah putus (tipis) harapan. 

Pendeknya, orang optimis ini seringkali berbicara kesempatan dan sedangkan bagi pesimis seringkali berbicara mengenai ketidakmungkinan. Optimis itu berpikir positif atau husnudzon (berprasangka baik). Kalau pesimis itu kebalikannya. 

Kisah Inspiratif tentang Sikap Optimis 

Ada sebuah kisah yang sangat populer tentang orang optimis dan orang pesimis ini. Seperti pada kisah berikut ini. Suatu hari, sebuah perusahaan sisir akan mengadakan ekspansi untuk area pemasaran yang baru. Perusahaan sisir tersebut lalu membuka lowongan pekerjaan. Karyawan baru itu akan ditempatkan di Divisi Marketing. Setelah lowongan dibuka, banyak sekali orang yang mendaftarkan diri untuk mengisinya. Lebih dari 100 orang pelamar datang ke perusahaan itu setiap harinya. 

Setelah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, terpilihlah tiga kandidat utama. Sebut saja A, B, dan C. Perusahaan lalu melakukan seleksi final dengan memberi tugas kepada tiga orang terpilih. Seleksi finalnya ialah A, B, dan C diminta untuk menjual sisir kepada para biksu? yang tinggal pada sebuah komplek wihara? di area pemasaran baru tersebut? dalam jangka waktu 10 hari. Bagi sebagian orang, tugas ini sangat tidak masuk akal, mengingat biksu-biksu itu berkepala gundul dan tidak pernah memerlukan sisir. 

Sepuluh hari pun berlalu, akhirnya tiba saat ketiga pelamar tersebut datang kembali pada perusahaan untuk melaporkan hasil penjualannya. 

Pelamar A : Saya hanya mampu menjual satu sisir. Saya sudah berusaha menawarkan sisir itu kepada para biksu di sana, tetapi mereka malah marah-marah karena saya dikira melecehkan. Tetapi untung, ketika saya berjalan menuruni tangga, ada seorang biksu muda yang mau membeli satu sisir saya. Sisir itu akan ia gunakan untuk menggaruk kepalanya yang ketombean. 

Pelamar B: Saya berhasil menjual sepuluh buah. Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan? karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya? dan membeli 10 sisir untuk para peziarah? agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha? saat bersembahyang. 

Pelamar C: Saya berhasil menjual seribu buah. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari di biara itu, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana. Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, “Tuan, Saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika tuan bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka” Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir bagus dan murah. Saya lalu meminta pimpinan biksu tersebut untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1.000 buah sisir. 

Memang, akhirnya perusahaan sisir tersebut menerima ketiga orang tersebut sebagai karyawan-karyawan barunya. Tetapi tentu saja posisi mereka di perusahaan dibedakan. Pelamar C ditempatkan sebagai Marketing Manajer yang baru, pelamar B menjadi asisten manajernya, sedangkan pelamar A hanya menjadi sales marketing biasa. 

Dari kisah inspiratif di atas, ada perbedaan cara pandang yang dimiliki oleh para pelamar. Pelamar A dan B melihat kesempatan yang diberikan kepadanya dianggap sebagai masalah dan malapetaka. Sesuatu yang tidak mungkin dan sulit. Mereka pesimis. Berbeda dengan si pelamar C, ia memandang persoalan yang ada pasti ada kesempatan dan jalan keluar. Pasti ada peluang yang akan membawanya kepada keberhasilan. Pelamar C adalah contoh orang yang optimis. 

Manfaat Sikap Optimis 

Manfaat dari sikap optimis adalah orang yang optimis lebih powerfull karena memiliki sumber energi kesuksesan. Dengan memiliki sikap optimis, peluang keberhasilan dan kesuksesannya lebih banyak dibanding orang yang selalu pesimis. 

Bagi orang yang optimis, ia akan selalu melihat dari sudut yang positif dalam segala hal, sekalipun sekelilingnya banyak kekurangan. Dengan kesungguhan dan selalu berpikir positif, ia akan mampu mewujudkan apa yang dicita-citakan. Ia mempunyai mimpi dan kemudian bekerja keras untuk mewujudkannya. Itulah orang yang optimis. 


Optimis di tengah pandemi covid

Pentingnya Sikap Optimis pada saat Pandemi Covid

Sikap optimis dalam kondisi pandemi perlu ditanamkan dalam diri. Meyakini bahwa kondisi pandemi covid ini bukanlah akhir dari segalanya. Meskipun kita melihat segala aspek kehidupan seolah terhenti. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian, pendidikan terpuruk, ekonomi ambruk, dan kesehatan memburuk. Sektor transportasi sepi, pasar mati, dan banyak tempat ibadah menjadi sunyi. Bagi orang yang pesimis, melihat kondisi seperti ini seperti kiamat. Buntu dan serba susah. 

Tapi bagi orang yang memiliki sikap optimis, melihat kondisi pandemi covid saat ini, percaya masih ada ruang untuk melakukan sesuatu yang positif dan produktif, masih ada harapan, kesempatan dan juga peluang kesuksesan. Mereka masih bisa survive di tengah kondisi yang tidak pasti. Masih banyak hal produktif yang bisa dilakukan. Sehingga mereka yang optimis masih tetap semangat hidup dan semangat bangkit untuk sukses. 

Mengakhiri tulisan ini, saya meyakini bahwa orang yang optimis lebih dekat dengan kesuksesan. Karena sesungguhnya sikap optimis adalah sikap berbaik sangka (husnudzon) terhadap Allah SWT. Allah SWT berkehendak sesuai persangkaan hambanya. Sehingga kebaikan dan pertolongan Allah SWT juga lebih dekat dengan orang-orang yang optimis.

21 comments for "Pentingnya Sikap Optimis Pada Saat Pandemi Covid"

  1. Sikap Optimis memang sangat Penting dan dibutuhkan di masa pandemi ini biar bisa tetap produktif

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. Bener banget ini. Kadang muncul sifat pesimis di masa pandemi ini karena usaha jalan di tempat. tetapi tetap optimis dan ternyata semua bisa dicapai walau belum seperti yang diharapkan. Tetap optimis dan terus semangat

    ReplyDelete
  4. Sikap optimis memang sangat penting untuk membangun imunitas. Semoga kita semua sehat selalu dan bahagia selalu. Tetap husnuzan dan produktif di saat pandemi.

    ReplyDelete
  5. Di saat pandemi memang wajar banyak yang stress ya mas. Tapi, sikap optimis akan selalu membawa pada penemuan ide baru.
    Hal pertama memang Positif thinking dulu. Setelah itu baru tenang menjalankan plan yang kita punya. Semoga Pandemi segera berakhir, Aamiin

    ReplyDelete
  6. Setuju banget nih soal berpikir positif dan optimis tuh penting banget. Apalagi saat keadaan lagi nggak baik seperti ini. Kalau kita tawar hati dan pesimis bakalan lebih susah lagi menghadapi kenyataan. Padahal pasti selalu ada jalan di balik kesukaran yaaa...

    ReplyDelete
  7. Berpikir positif dan sikap optimis dalam kondisi pandemi memang perlu ditanamkan dalam diri kita mbak, bisa kita tetap semangat bergerak di kondisi seperti ini.

    ReplyDelete
  8. Sikap optimis juga perlu di bangun. Di support oleh orang2 sekitar. Apalagi jika terkena covid 🙏😊

    ReplyDelete
  9. Emang ya apa yang kita pikirkan mempengaruhi apa yg terjadi terhadap kita. Kalo kita optimis pasti ada aja jalan. Tapi kalo pesimis jadi buntu semha

    ReplyDelete
  10. Iyaaa ya. Kalau kepala dipenuhi ketakutan2 bakal stres jugaa. Stres bikin imun tubuh turun. Mudah-mudahan kita semua bisa selaluuuu bahagia. Sehat. Bismillah

    ReplyDelete
  11. Saya suka cerita tentang penjual sisir tersebut. Bisa buat cerita di kelas, agar anak-anak juga memiliki sikap optimis dalam belajar dan mencapai cita-citanya. Apa yang kita pikirkan, akan terwujud alam tindakan. Untuk itulah perlu selalu berpikir positif dan optimis agar semesat juga mendukung.

    ReplyDelete
  12. Sepakat. Sikap optimis memang selalu dibutuhkan. Dengan sikap optimis, maka kita akan semangat untuk menjalani hidup dengan segala persoalannya

    ReplyDelete
  13. sikap optimis penting dibngn melalui jaringan kelg terdekat atau kelg inti dng saling support baru keluar ke lingk.yg lbh luas

    ReplyDelete
  14. bener nih kak kita harys tetap optimis tapi waspada ya lagi di masa2 begini. sekarang suami jg udah dapet dinas keluar kota gini, mudaha2an Allah selalu melindungi keluarga kita ya

    ReplyDelete
  15. Memang optimis saat pandemi covid harus tertanam dalam diri sendiri dulu ya kak,kalau bukan dari diri sendiri percuma aja orang kasih tau. Setiap persoalan pasti ada jalan keluar, yang penting iman masih terjaga insya Allah beres dehh, dan semoga pandemi covid bener-bener usai ya .

    ReplyDelete
  16. Daripada bingung berdebat saling menyalahkan, saling menuding, saling membongkar konspirasi atau enggak, kita emang lebih baik fokus makin optimis aja deh ya. Biar semua sehat dan semangat menjalani hidup

    ReplyDelete
  17. Setuju, kak. Pandemi bukanlah akhir dari segalanya. Kita memang harus tetap berusaha menjalani aktivitas sebaik mungkin. Malah kalau bisa lebih produktif lagi.

    ReplyDelete
  18. Betul sekali kak, jujur sikap optimist saya pernah drop ke level dasar. Di rumah rebahan, makan, nonton drakor saja. Toko tutup total 2 bulanan lebih. Sudahlah masih ada gaji suami yang cukup saja 🤣🤣🤣 eh tapi ternyata saya salah. Meski pasar mati tapi marketplace ramenya ya Allah. Takjub dengan cara Allah mendatangkan rezeki, tak hanya pada pedagang online, kurir, jasa pengiriman dll. Dan hanya orang optimist yang bisa meraih peluang tersebut

    ReplyDelete
  19. Islam mengajarkan kita untuk menjadi orang yang "mutafa'ilan" atau optimis. Sebab dengan optimis kita bisa melakukan sesuatu yang positif dan produktif dan yakin kalau di masa pandemi ini masih ada harapan, kesempatan dan juga peluang kesuksesan

    ReplyDelete
  20. setuju banget, disaat ini kita harus mulai berpikiran optimis agar dapat menghadapi masalah dengan solusi yang tepat.

    ReplyDelete
  21. Optimis...optimis... harus... secara optimis bisa meningkatkan imun tubuh juga agar tidak mudah sakit... kalau masih bisa optimis jangan lilih pesimis ya...Tfs kak

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang positif. Mohon tidak meletakkan link hidup. Salam blogger!